Monday, December 29, 2008

CinTa = L.O.V.E


Sudah banyak lagu diubah, puisi ditulis, dan kanvas dilukis untuk menggambarkan cinta. Tapi apakah cinta itu sebenarnya? Tentunya seorang pelukis akan berbeda dengan seorang pencipta lagu dalam menjelaskan cinta. Bahkan setiap orang akan mendefinisikan cinta dengan cara yang berbeda. Sah-sah saja.Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta (misalnya Eric Fromm, Maslow) karena manusia satu-satunya makhluk, konon, yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam tulisan ini dipilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg, yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang.
Menurut Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.
Sternberg terkenal dengan teorinya tentang segitiga cinta (bukan cinta segitiga, lho). Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.


Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu.

Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.

Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama.

Menurut Strenberg, setiap komponen itu pada setiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen (lihat tabel). Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar, (dalam beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.

Cinta dalam sebuah hubungan ini tidak selalu berada dalam konteks pacaran atau perkawinan. Pola-pola proporsi ketiga komponen ini dapat membentuk berbagai macam tipe hubungan seperti terlihat dalam tabel berikut.

TIPE :

A. Nonlove
(Ketiga komponen tidak ada)
Ada pada kebanyakan hubungan interpersonal, seperti pertemanan biasa (hanya kenalan saja)

B. Liking
(Hanya keintiman)
Ada kedekatan, saling pengertian, dukungan emosional, dan kehangatan. Biasanya ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin)

C. Infatuation
(Hanya gairah)
Seperti pada cinta pada pandangan pertama, ketertarikan secara fisik, biasanya mudah hilang

D. Empty love
(Hanya komitmen)
Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut)

E. Romantic love
(Keintiman dan gairah)
Hubungan yang melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, tanpa ada komitmen (pacaran atau perkawinan)

F. Companionate love
(Keintiman dan komitmen)
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual, termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri)

G. Fatous love
(Gairah dan komitmen)
Hubungan dengan komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas dasar gairah seksual. Biasanya pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya H. Consummate love
(Semua komponen)
Menjadi tujuan dari hubungan cinta yang ideal

PaRa remaja, diharapkan mereka mulai mengenali cinta melalui hubungan yang mengandung komponen keintiman. Mulai dari tahap perkenalan, lalu menjadi teman akrab, lalu sahabat. Pada tahap persahabatan, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis kelamin, diharapkan berkembang perasaan hangat, kedekatan dan emosi-emosi lain yang lebih kaya. Dalam hubungan antar jenis, persahabatan dapat berkembang dengan komitmen pacaran. Pada tahap pacaran ini keintiman dapat muncul komponen gairah dengan proporsi yang relatif rendah.

Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap, maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. Dalam perkawinan, diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya.

Pada budaya tertentu, komitmen dianggap sebagai kekutan utama dalam perkawinan. Karena itu banyak perkawinan (dalam budaya tersebut) yang hanya dilandasi oleh komitmen masing-masing pihak pada lembaga perkawinan itu sendiri. Perkawinan dipandang sebagai keharusan budaya dan agama untuk melanjutkan keturunan, atau karena usia, atau untuk meningkatkan status, atau sebab-sebab lain. Perkawinan seperti ini akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajibannya saja.

Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mensahkan hubungan seksual. Perkawinan semacam ini kehilangan sifat persahabatannya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, pola hubungan cinta seseorang sangat ditentukan oleh pengalamannya sendiri mulai dari masa kanak-kanak. Bagaimana orang tuanya saling mengekspresikan persaan cinta mereka (atau malah bertengkar melulu), hubungan awal dengan teman-teman dekat, kisah-kisah romantis sampai yang horor, dan seterusnya, akan membekas dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan. Karenanya setiap orang disarankan untuk menyadari kisah cinta yang ditulis untuk dirinya sendiri. Seperti apakah cinta menurut kamu?

Memang teori Strenberg tentang cinta ini belumlah lengkap dan memuaskan semua orang. Misalnya bagaimana teori ini dapat menjelaskan cinta ibu terhadap anaknya? Atau bagaimana cinta dapat dipertentangkan dengan perang dan kebencian? Hanya saja, sebagai sebuah deskripsi ilmiah terhadap fenomena cinta, teori ini dapat dikatakan cukup membantu dalam memetakan pola-pola hubungan cinta antar individu. Apa komentar kamu?



Semua terjadi tak kusadari tak terpikir apalagi mimpi
tapi ternyata kini aku tak berdayakemana pun ku pergi kau hantui jadi tak bisa membuat melupakanmu kau memang beda dari yang aku rasakan...

hanya kau yang bisa merubah hatiku tak mungkin ada lagi yang mampu membuatku seperti ini...Tak berharap bisa jatuh cinta tapi kau datang menawarkan cinta

sangat tak sunggup lagi diriku kumenahannya hanya engkau yg bisa merubah hatiku tak mungkin ada lagi yang mampu membuatku, seperti ini...Semua berubah saat bersamamu tak mungkin ku dapat kalau tanpamu sangat ku nkmati mencintaimu, sangat kunikmati bersamamu...